Saat Puluhan Mantan Pekerja Migran Belajar Membatik dan Ecoprint, Difasilitasi Gratis Disnaker Nganjuk
Nganjuknews.com
– Puluhan emak-emak tampak dengan seksama mendengarkan penjelasan mengenai membatik
dan ecoprint dari Yayuk Sri Rahayu, owner Griya Batik Sri Rahayu Nganjuk.
Beberapa di antara emak-emak itu tampak menyangga
dagu dengan tangannya, raut muka bingung terlihat dengan jelas.
Maklum, bagi para emak-emak ini dunia membatik dan
ecoprint adalah hal yang sama sekali baru.
Puluhan emak-emak tersebut merupakan mantan Pekerja
Migran Indonesia (PMI) yang telah pulang ke kampung halaman mereka di Kota
Bayu, nama lain Kabupaten Nganjuk.
Kini, para emak-emak ini tengah mengikuti pelatihan
membatik dan ecoprint.
Pelatihan ini diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker)
Kabupaten Nganjuk, yang dibuka mulai hari ini Selasa 15 Juli 2025 pagi hingga
hingga 10 hari mendatang.
Kegiatan pelatihan ini dipusatkan di Aula Disnaker
Kabupaten Nganjuk, dengan total diikuti 20 peserta.
Potensi
Ecoprint dan Batik Handmade
Ecoprint merupakan teknik pencetakan yang unik,
memanfaatkan bahan-bahan organik seperti daun, bunga, dan batang tanaman untuk
menghasilkan pola alami pada kain.
Yayuk Sri Rahayu, instruktur dari Griya Batik Sri
Rahayu Nganjuk, menjelaskan seluk-beluk teknik ini kepada para peserta
Plt Kepala Disnaker Kabupaten Nganjuk, Samsul Huda, menjelaskan
bahwa pelatihan ini adalah salah satu bentuk konkret pemberdayaan bagi
masyarakat, khususnya mantan pekerja migran.
"Jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari masyarakat
migran purna," ujarnya.
Kegiatan pelatihan ini, lanjut Samsul, menghadirkan
narasumber dari dinas dan profesional, dengan instruktur utama dari Griya Batik
Sri Rahayu.
Para peserta pelatihan merupakan mantan PMI asli Nganjuk,
yang sebelumnya pernah bekerja di berbagai negara seperti Malaysia, Uni Emirat
Arab, Singapura, Hongkong, Australia, Brunei Darussalam, dan lainnya.
Wakil Bupati Nganjuk, Trihandy Cahyo Saputro, berkesempatan
membuka langsung kegiatan pelatihan yang diadakan Disnaker Kabupaten Nganjuk
ini.
Dalam sambutannya, Mas Handy, sapaan karib Trihandy
Cahyo Saputro, memberikan motivasi ke para peserta pelatihan. Ia menyoroti
potensi besar para mantan PMI yang memiliki koneksi di luar negeri.
"Karena memang handmade di luar memiliki nilai yang lebih tinggi, lebih berharga.
Tas Hermes itu handmade semua. Dia
sebagian besar dibuat dengan tangan manusia langsung, dan itu seni," jelas
Mas Handy.
Mas Handy juga menekankan keunikan produk ecoprint
dari Ibu Yayuk.
"Hampir semua produk bisa dipastikan berbeda.
Harus ada nilai tambah, harus ada nilai seni, dan itu berbeda dengan yang
lainnya," tambahnya.
Orang nomor dua di Pemkab Nganjuk ini pun optimis
bahwa produk ecoprint memiliki ketahanan yang baik karena berbahan dasar kain,
sehingga penting untuk memahami bagaimana menjaga kualitas produk saat
pengiriman.
Pelatihan ini dijadwalkan berakhir pada tanggal 24 Juli 2025, diharapkan memberikan bekal keterampilan baru yang berharga bagi para mantan pekerja migran di Nganjuk untuk memulai usaha mandiri dan berdaya di kampung halaman.