Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Berprestasi di Masa Pandemi Covid-19

Opini

Oleh: Ulfa Binti Arafah*

Opini – Pandemi Covid-19 telah memasuki tahun kedua, atau sudah satu tahun lebih berlangsung di Indonesia. Lonjakan kasusnya pun masih terjadi di beberapa daerah termasuk Pulau Jawa.

Tidak heran kini pemerintah kembali menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bahkan kebijakan pemerintah tersebut sudah memasuki PPKM level 4.

Mulai PSBB di tahun 2020 hingga PPKM darurat pun tak mengurangi jumlah ledakan kasus Covid-19. Hal ini sangat meresahkan masyarakat, terkhusus di dalam dunia pendidikan.

Akibat lonjakan kasus Covid-19 yang belum terkendali, hingga kini proses pembelajaran masih menggunakan sistem daring (dalam jaringan).

Hal tersebut sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Praktik pendidikan daring saat ini dilakukan di berbagai tingkatan atau jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.

Tidak ada lagi aktivitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik guru maupun dosen.

Akibatnya, banyak anak didik yang mengalami penurunan minat belajar hingga berdampak pada prestasi mereka.

Meraih prestasi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini bukanlah hal yang mudah. Sebab, tantangan yang dihadapinya sangat jauh berbeda dibanding sebelum mewabahnya Covid-19.

Hal ini karena aktivitas fisik dan interaksi dalam pembelajaran serba dibatasi. Padahal pembelajaran konvensional atau tatap muka langsung dengan para peserta didik dinilai jauh lebih efektif.

Banyak keluhan juga datang dari orang tua. Mereka merasakan anaknya tidak begitu fokus dalam belajar. Mengingat usia anak antara 7 sampai dengan 12 tahun masih suka bermain.

Apalagi dengan adanya teknologi yang canggih seperti sekarang ini. Banyak anak-anak menghabiskan waktu mereka dengan bermain game di rumah, dan itu amat mengganggu prestasi belajar mereka di sekolah.

Memang persoalan ini hampir terjadi di semua kalangan, sehingga memerlukan cara untuk menyiasati pretasi anak tetap terjaga.

Persoalan tersebut dapat diatasi dengan cara membiasakan anak pada suatu tindakan yang berorientasi pada prestasi.

Seperti yang diungkapkan Ivan Pavlov pada salah satu prinsip belajar teori classical conditioning, di mana proses belajar itu melalui pembiasaan (conditioning) terhadap suatu objek dengan menitikberatkan pada proses pemberian rangsangan (stimulus).

Hal itu senada dengan yang diungkapkan Winkel, yang mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena prestasi belajar pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari sebuah proses belajar.

Dilihat dari teori classical conditioning tersebut, maka belajar perlu adanya pembiasaan terhadap objek secara langsung.

Mengingat sistem pembelajaran saat ini menggunakan daring yang lebih banyak memanfaatkan teknologi canggih seperti google classroom, zoom, dan lain-lain, yang menyebabkan anak kurang maksimal memberi respon stimulus terhadap objek yang diteliti.

Di mana seorang anak dikatakan mendapatkan sebuah pencapaian prestasi dalam sekolahnya yaitu dengan melakukan usaha-usaha belajar secara maksimal seperti memberikan respon positif saat diterangkan oleh guru, ikut aktif dalam kerja kelompok di kelas, maupun berorganisasi di sekolah, sigap mengerjakan tugas dari guru, dan lain sebagainya.

Sehingga usaha-usaha tersebut membentuk pengalaman baru yang dapat langsung diserap oleh memori, dan menjadikan anak lebih banyak mengeksplore apa yang ada di sekitarnya dengan kemampuan-kemapuan baru yang dimilikinya. 

Kendati demikian, maka di sini seorang guru harus mampu untuk dituntut mendesain atau merancang model pembelajaran kepada anak didiknya yang inovatif, ringan, dan efektif, agar peserta didik mampu menyerap ilmu yang diberikan guru meski tanpa stimulus langsung.

Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, para guru diharapkan lebih aktif dalam memberikan metode pembelajaran secara daring dengan menggunakan berbagai aplikasi seperti google meet, zoom, dan aplikasi lainnya.

Namun pilihlah media pembelajaran yang tepat sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhan siswa. Karena tidak semua aplikasi bisa digunakan sebagai metode pembelajaran yang tepat.

Bahkan ada beberapa pelajaran yang membutuhkan aplikasi dengan tatap muka langsung seperti zoom yang cocok digunakan untuk berinteraksi langsung dengan peseta didik. 

Misalnya tahap proses pengenalan siswa baru atau latihan tes hafalan dari materi yang sudah diajarkan. 

Maka dari itu, solusi untuk meningkatkan prestasi belajar di masa pandemi ini adalah adanya kerjasama antara sekolah, guru, dan orang tua.

Karena anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas di rumah daripada di sekolah, maka orang tua sangat berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya untuk mendorong sekaligus memberikan reward bagi anak yang rajin ataupun mendapatkan nilai maksimal.

Seperti saat anak berhasil mengerjakan tugas dan mendapatkan nilai yang bagus dari guru, maka orang tua bisa memberikan hadiah atau pujian kepada anak, sehingga anak lebih bersemangat untuk belajar. 

Di sisi lain guru juga tidak terlepas untuk mengawasi peserta didik, di mana memaksimalkan teknologi yang dipergunakan guna memantau perkembangan anak sejauh mana mereka mampu menyerap dan memahami tugas yang diberikan oleh guru.

Guru bisa memanfaatkan grup whatsaap, di mana di situ seorang guru bisa mengabsen siswanya yang sudah mengerjakan tugas atau belum secara efektif.

Komunikasi antara guru dengan orang tua yang baik bisa meningkatkan mutu prestasi belajar anak yang maksimal.

*Penulis Adalah Pengamat Pendidikan dan Mahasiswa Pascasarjana Manejemen Pendidikan di IAIN Ponorogo