Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Disperta Nganjuk Tegaskan PMK pada Hewan Ternak Tak Menular ke Manusia

Veteriner Diperta Kabupaten Nganjuk, drh Neneng Susanti, menegaskan Penyakit Mulut Kuku (PMK) pada hewan ternak tidak menular ke manusia atau zoonosis
Nganjuknews.com – Veteriner Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Nganjuk, drh Neneng Susanti, menegaskan Penyakit Mulut Kuku (PMK) pada hewan ternak tidak menular ke manusia atau zoonosis.

“Perlu saya tegaskan bahwasannya virus PMK tidak menular ke manusia, atau bukan termasuk zoonosis,” jelas Neneng pada Jumat 3 Juni 2022.

“Jadi warga tidak perlu takut, hanya bagi peternak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesabaran,” lanjut Neneng.

Neneng menjelaskan, penularan PMK pada hewan ternak sangat cepat, terutama penularan pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, kerbau, domba, babi, dan rusa.

Adapun tanda klinis yang terlihat pada hewan yang terkena wabah PMK di antaranya demam tinggi, hipersalivasi (keluar air liur berlebihan), tidak nafsu makan, dan sebagian ada lepuh di lidah dan rongga mulut.

Untuk masa inkubasi PMK yakni antara 1-14 hari, terhitung dari sejak hewan ternak tertular hingga timbul gejala PMK.

Terkait penyebaran PMK di Kabupaten Nganjuk, Neneng menyebut sejak tanggal 22 Mei 2022 hingga 3 Juni 2022 tercatat ada sekitar 805 sapi yang dinyatakan positif PMK.

“Data terakhir, sampai hari ini ada sekitar 805 kasus PMK di Kabupaten Nganjuk. Dua sapi mati, dan 144 ekor sudah sembuh setelah dilakukan penanganan dalam masa inkubasi. Karena PMK bisa disembuhkan, dan angka kesembuhan cukup tinggi,” papar Neneng.

Neneng melanjutkan, masyarakat diimbau agar tidak perlu takut saat mengonsusmsi daging hewan ternak. Sebab, daging hewan ternak masih tetap aman dikonsumsi, asal diolah dengan baik dan benar.

“Jadi tidak perlu takut mengonsumsi daging dan susu, selama daging dan susu dimasak dengan benar. Daging tidak perlu dicuci, namun direbus selama 30 menit sebelum diolah. Apabila daging tidak segera dimasak, simpanlah pada chiller selama 24 jam,” bebernya.

Sementara untuk meminimalisir penyebaran PMK, Neneng meminta para peternak untuk memisahkan sapi. Sebab, penularan PMK bisa terjadi melalui kotoran dan kencing, terutama melalui bekas luka di bagian kuku.

Untuk saat ini, kata Neneng, yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat. Selain itu, perlu dilakukan edukasi agar peternak menyemprotkan desinfektan apabila ditemukan paparan PMK.

“Saya berharap agar peternak tetap menjaga kesehatan ternaknya, menjaga kebersihan kandang, dan menyemprot desinfektan,” pinta Neneng.

“Menambah kekuatan atau stamina ternak, dan tidak mendatangkan atau memasukkan ternak baru ke kandang yang bisa menularkan PMK. Kalau ternak kita terkena PMK, segera melapor ke petugas medis terdekat agar segera diberikan penanganan,” sambung dia.