Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna Ikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2023

Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna bersama sejumlah pejabat teras di Pemkab Nganjuk mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2023 secara virtual dari Ruang Command Center Kabupaten Nganjuk, Senin 9 Oktober 2023

Nganjuknews.com – Penjabat (Pj) Bupati Nganjuk, Sri Handoko Taruna, mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2023 secara virtual dari Ruang Command Center Kabupaten Nganjuk, Senin 9 Oktober 2023.

Dalam rapat koordinasi itu, Sri Handoko tampak didampingi oleh sejumlah pejabat teras di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk.

Di antaranya ada Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Kabupaten Nganjuk Judi Ernanto, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Nganjuk Yusuf Satrio Wibowo, dan Kepala Disperindag Kabupaten Nganjuk Haris Jatmiko.

Adapun rapat koordinasi ini diadakan oleh pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Gedung Sasana Bhakti Praja Kemendagri, dan dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.

Usai mengikuti rapat koordinasi, Sri Handoko menegaskan bahwa Pemkab Nganjuk siap melaksanakan arahan dan instruksi Mendagri Tito Karnavian.

Di mana Pemkab Nganjuk akan memastikan ketersediaan pangan dan harga kebutuhan pokok, termasuk mengecek jalur pendistribusinya secara langsung ke lapangan.

“Dalam rangka menahan laju inflasi dan menjaga ketersediaan pangan, kami akan berupaya turun ke lapangan terus memantau harga-harga kebutuhan pokok di Kabupaten Nganjuk,” ujar Sri Handoko.

Sebelumnya, dalam rapat koordinasi tersebut Mendagri Tito Karnavian memaparkan rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 2 Oktober 2023.

Di mana inflasi bulan ke bulan sebesar 0,19 % m-o-m (month on month). Sedangkan kondisi inflasi tahun ke tahun yakni September 2023 terhadap September 2022 sebesar 2,28%. Artinya terjadi penurunan inflasi dari sebelumnya 5,95 % menjadi 2,28%.

“(Data) 2,28% dibanding Agustus bulan sebelumnya 3,27% itu tidak menggambarkan tentang situasi yang sebenarnya nyata. Dikarenakan angka 2,28% itu adalah angka year on year, artinya angka ini dibandingkan pada September tahun lalu,” tutur Tito.

Tito mengatakan, pada September tahun lalu terjadi inflasi yang cukup tinggi yakni hampir 6%. Hal itu dikarenakan adanya kenaikan BBM.

“Kenaikan BBM itu membuat inflasi di tahun lalu di bulan September ke angka hampir menyentuh 6%, dan di September itulah kita mulai melakukan zoom meeting. Tepatnya di angka 5,95%, sebagaimana grafik September 2022. Kemudian turun sekarang menjadi 2.28%,” sebutnya.

Sementara saat ini, Tito meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah mewaspadai fenomena el nino di Indonesia, yang puncaknya diprediksi oleh BMKG terjadi pada bulan September-Oktober 2023.

Sebab, el nino berpengaruh terhadap kemampuan produksi tanaman, dan memicu kebakaran hutan dan lahan.

“Kita perlu juga mengantisipasi, karena ini puncaknya el nino. BMKG sudah menyampaikan puncak el nino September- Oktober, dan mulai melandai di bulan November. Saat ini kita berada di bulan Oktober, artinya kita berada di puncak dan ini sudah ditandai dengan kekeringan di berbagai daerah, termasuk kebakaran hutan dan lahan,” bebernya.

Untuk itu, Tito meminta kepada seluruh kepala daerah agar bersama-sama menjaga ketersediaan pangan, dan terus menjalin kerja sama antara daerah dan pusat.

“Kita semua bersama-sama harus mempertahankan kesediaan pangan, dan kerja sama antara pusat dan daerah dalam bentuk cadangan pangan. Justru ke depannya bukan hanya mempertahankan, tapi juga menurunkan harga inflasi,” tegasnya.