Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Desa Betet, Hutan Angker yang Dibabat Kesatria Pelarian Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

Denah Desa Betet

Nganjuknews.com – Desa Betet merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Belum ditemukan catatan yang menyebutkan sejak kapan desa ini berdiri.

Namun berdasarkan folklor atau cerita rakyat yang berkembang di masyarakat setempat, disebutkan bahwa Sejarah Desa Betet tak bisa dilepaskan dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sendiri berdiri 13 Februari 1755. Kesultanan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam itu masih eksis hingga sekarang.

Dalam folklor itu, dijelaskan bahwa Desa Betet dulunya merupakan kawasan hutan. Hingga kemudian datang kesatria pelarian dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang membabat alas, wilayah itu lantas berkembang menjadi desa dan diberi nama betet.

“Awalnya Desa Betet ini dibuka oleh satria pelarian dari Kerajaan Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat, yang mencoba untuk membuka tanah yang pada saat itu masih berupa hutan, semak-semak yang sangat angker sekali,” tulis laman prambon.nganjukkab.go.id.

Hutan yang dibabat kesatria pelarian dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat itu dipenuhi dengan batang-batang Pohon Betet, yang di situs prambon.nganjukkab.go.id disebut sebangsa Pohon Salam.

Namun tak diketahui secara pasti seperti apa Pohon Betet yang dimaksud di laman tersebut.

Adapun nama Betet yang menjadi nama desa ini disebut disandarkan dengan banyaknya Burung Betet yang ada di desa ini.

Burung Betet merupakan burung yang masuk dalam suku psittacidae, tubuhnya kecil, bulunya hijau, dan ekornya panjang.

Dibagi Jadi 3 Dusun

Karena perkembangan penduduk yang pesat, pada tahun 1851 Desa Betet dibagi menjadi tiga dusun, yakni Dusun Bandung, Dusun Barik, dan Dusun Betet.

Adapun kepala desa pertama yang menjabat di Desa Betet ialah Soemodihardjo, kepala desa yang menjabat seumur hidup.

Setelah Soemodihardjo, Desa Betet dipimpin oleh Munandar yang mejabat kepala desa periode 1938-1945, lalu Rusbandi periode 1945-1973, Songep Riyanto periode 1973-1991, Suharno periode 1991-2007, Andriyono periode 2007-2013, dan Suhartini dari 2013.